Kamis, 18 Agustus 2011
MACAM-MACAM KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU KEPADA ULAMA (YUK... KITA DATANGI MAJELIS-MAJELIS TAKLIM)
Hadits Tentang Menuntut Ilmu
Niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Qur’an Al mujadalah 11)
Menuntut ilmu wajib atas tiap muslim (baik muslimin maupun muslimah). (HR. Ibnu Majah)
Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya Allah akan mudahkan baginya jalan menuju Syurga (Shahih Al jami)
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim).
“Barangsiapa melalui suatu jalan untuk mencari suatu pengetahuan (agama), Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”(Bukhari)
Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di jalan Alloh sampai dia kembali (Shahih Tirmidzi)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Qur’an dan yang mengajarkannya (HR bukhari )
Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang ‘abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang. (HR. Abu Dawud )
Siapa yang Alloh kehendaki menjadi baik maka Alloh akan memberikannya pemahaman terhadap Agama (Sahih Ibnu Majah)
Duduk bersama para ulama adalah ibadah. (HR. Ad-Dailami)
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada hasad (iri) yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harta, ia menghabiskannya dalam kebaikan dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain. (Shahih Muslim No.1352)
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Nabi saw bersabda, Tidak boleh iri hati kecuali pada dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah di mana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya.(Bukhari)
Termasuk mengagungkan Allah ialah menghormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil. (HR. Abu Dawud dan Aththusi)
Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan aka dilipat gandakan sepuluh, saya tidak mengatakan ,”Alif,lam,mim” satu huruf , tetapi alif satu huruf , lam satu huruf , dan mim satu huruf,(HR Bukhori)
Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka … neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Hadis riwayat Abu Musa ra.: Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Perumpamaan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung dalam mengutusku untuk menyampaikan petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan yang membasahi bumi. Sebagian tanah bumi tersebut ada yang subur sehingga dapat menyerap air serta menumbuhkan rerumputan dan sebagian lagi berupa tanah-tanah tandus yang tidak dapat menyerap air lalu Allah memberikan manfaatnya kepada manusia sehingga mereka dapat meminum darinya, memberi minum dan menggembalakan ternaknya di tempat itu. Yang lain menimpa tanah datar yang gundul yang tidak dapat menyerap air dan menumbuhkan rumput. Itulah perumpamaan orang yang mendalami ilmu agama Allah dan memanfaatkannya sesuai ajaran yang Allah utus kepadaku di mana dia tahu dan mau mengajarkannya. Dan juga perumpamaan orang yang keras kepala yang tidak mau menerima petunjuk Allah yang karenanya aku diutus. (Shahih Muslim No.4232)
Abu Musa mengatakan bahwa Nabi saw bersabda, “Perumpamaan apa yang diutuskan Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gembur yang dapat menerima air (dan dalam riwayat yang mu’allaq disebutkan bahwa di antaranya ada bagian yang dapat menerima air), lalu tumbuhlah rerumputan yang banyak. Daripadanya ada yang keras dapat menahan air dan dengannya Allah memberi kemanfaatan kepada manusia lalu mereka minum, menyiram, dan bertani. Air hujan itu mengenai kelompok lain yaitu tanah licin, tidak dapat menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang pandai tentang agama Allah dan apa yang diutuskan kepadaku bermanfaat baginya. Ia pandai dan mengajar. Juga perumpamaan orang yang tidak menghiraukan hal itu, dan ia tidak mau menerima petunjuk Allah yang saya diutus dengannya.” (Bukhari)
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Dawud)
Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat. (HR. Al-Baihaqi)
Apabila kamu melihat seorang ulama bergaul erat dengan penguasa maka ketahuilah bahwa dia adalah pencuri. (HR. Ad-Dailami)
Sesungguhnya Allah tidak menahan ilmu dari manusia dengan cara merenggut tetapi dengan mewafatkan para ulama sehingga tidak lagi tersisa seorang alim. Dengan demikian orang-orang mengangkat pemimpin-pemimpin yang dungu lalu ditanya dan dia memberi fatwa tanpa ilmu pengetahuan. Mereka sesat dan menyesatkan. (Mutafaq’alaih)
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)
Sedikit ilmu lebih baik dari banyak ibadah. Cukup bagi seorang pengetahuan fiqihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah (dengan baik) dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga (ujub) dengan pendapatnya sendiri. (HR. Ath-Thabrani)
“Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina” * Telah berkata al-Baihaqy di kitabnya al-Madkhal (hal. 242) dan di kitabnya Syu’abul Iman (4/291 dan ini lafadznya), “Hadits ini matannya masyhur sedangkan isnadnya dla’if. Dan telah diriwayatkan dari beberapa jalan (sanad) yang semuanya dla’if.”
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama (At Taubah : 122)
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai ilmu pengetohuan jika kamu tidak mengetahui (An Nahl :43)
Barang siapa menempuh jalan yang padanya ia menuntut ilmu maka Allah menempuhkannya jalan ke syurga [HR. Muslim dari hadits Abu Hurairah]
Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu karena ridha kepada apa yang ia lakukan [HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Hakim dan ia menshahihkannya dari hadits Shafwan bin Assal]
sungguh kamu pergi lalu kamu belajar satu bab dari ilmu itu lebih baik dari pada kamu sholat seratus raka’at [H.R. Ibnu Abdil Barr dari hadits Abu Dzarr]
satu bab dari ilmu yang dipelajari oleh seseorang adalah lebih baik baginya dari pada dunia dan apa yang ada padanya [Ibnu Hibban dan lbnu Abdil Barr dari Hasan Al Bashri]
Tuntutlah ilmu walau di Cina [Ibnu Adi dan Al Baihaqi dari hadits Anas]
Menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim [Abu Na'im dari hadits Ali, marfu' dengan sanad yang dha'if]
Ilmu itu gudang, kuncinya adalah bertanya. Ketahuilah maka bertanyalah. Sungguh padanya diberi pahala empat orang, yaitu : penanya, orang yang berilmu, pendengar dan orang yang senang kepada mereka [Ath Thabrani, Ibnu Mardawaih, Ibnu Sunni dan Abu Na'im dari hadits Jabir dengan sanad yang lemah]
Tidak seyogya bagi orang bodoh diam atas kebodohannya, dan tidak seyogya atas orang yang berilmu untuk diam atas ilmunya [at Thabrani, Ibnu Mardawaih, Ibnu Sunni dan Abu Na'im dari hadits Jabir dengan sanad yang lemah]
“Menghadiri majelis orang alim adalah lebih utama dari pada shalat seribu raka’at, menjenguk seribu orang sakit dan dan menghadiri seribu janazah”. Lalu ditanyakan , “Wahai Rasululah dan dari membaca Al Qur’an ?” Beliau saw bersabda : “Apakah Al Qur’an itu bermanfaat kecuali dengan ilmu ?” [Hadits disebutkan oleh Ibnu Jauzi dalam al Maudhu'at dari hadits Umar]
Barang siapa didatangi kematian di mana ia sedang menuntut ilmu untuk menghidupkan Islam, maka antara ia dan para Nabi di syurga adalah satu derajat/tingkatan [ad Darimi dan Ibnus Sunni dari hadits Hasan]
Atsar dan petuah para ulama
Ibnu Abbas ra berkata : “Saya rendahkan penuntut (ilmu) dan saya muliakan sesuatu yang dituntutnya (ilmu)”.
Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata : “Saya tidak pernah melihat orang seperti lbnu Abbas, apabila saya melihatnya maka saya melihat orang yang wajahnya paling tampan. Dan apabila ia berbicara maka ia orang yang paling lancar lidahnya, dan apabila ia memberi fatwa maka ia orang yang paling banyak ilmunya”.
Ibnul Mubarak rahimahullah berkata : “Saya heran terhadap orang yang tidak menuntut ilmu, bagaimanakah ia mengajak dirinya kepada kemuliaan ?”
Sebahagian hukama’ berkata : “Sesungguhnya saya tidak sayang kepada orang-orang seperti sayangku kepada salah satu dari dua orang, yaitu : seseorang yang mempelajari ilmu namun ia tidak faham dan seseorang yang memahami ilmu namun ia tidak menuntutnya”.
Abud Darda’ ra : “Sungguh saya belajar satu masalah lebih saya sukai dari pada mendirikan malam (shalat sunnat di malam hari)”. Dan ia berkata juga : “Orang yang berilmu dan orang yang belajar ilmu itu adalah dua sekutu dalam kebaikan, sedangkan seluruh manusia (lainnya)adalah dungu, tidak ada kebaikan padanya”. Dan ia berkata juga : “Jadilah orang pandai atau orang belajar atau orang yang mendengarkan (ilmu) dan jangan kamu menjadi orang yang keempat maka kamu binasa”.
Atha’ berkata : “Majlis ilmu itu menghapus tujuh puluh majlis dari majlis yang lahan (sia-sia)”.
Umar ra berkata : “Kematian seribu ‘abid (ahli ibadah) yang mendirikan malam dan puasa di siang hari adalah lebih ringan dari pada kematian seorang ‘alim yang mengetahui apayangdihalalkan dan diharamkan oleh Allah”.
Asy Syafi’i ra berkata : “Menuntut ilmu itu adalah lebih utama dari pada shalat sunnat”.
Ibnu Abdil Hakam rahimahullah berkata : “Saya di sisi Malik belajar ilmu lalu masuk waktu Zhuhur lalu saya kumpulkan kitab-kitab untuk shalat”. Maka ia berkata : “Hai ini, apa yang kamu bangkit kepadanya tidaklah lebih utama dari pada apa yang kamu ada padanya, apabila niat itu benar”.
Abud Darda’ beikata : “Barang siapa memandang bahwa pergi mencari/menuntut ilmu itu tidak termasuk jihad maka ia adalah orang yang telah berkurang pendapat dan akalnya”.
Keutamaan Guru
Firman Allah ‘AzzaWa Jalla
Dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (At Taubah : 122)
Yang dimaksudkan adalah mengajar dan memberi petunjuk.
Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu) : “Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia dan jangan kamu menyembunyikannya” (Ali Imran : 187)
Firman itu mewajibkan untuk mengajar.
Dan sesungguhnya sebahagian dari mereka menyembunyikan kebenaran pada hal mereka mengetahui(Al Baqarah : 146).
Ini menunjukkan haramnya menyembunyikan (ilmu) sebagaimana firman Allah Ta’ala mengenai saksi :
Dan barangsiapa yang menyembunyikannya maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya”. (Al Baqarah : 283).
Allah tidaklah memberikan ilmu kepada seorang ‘alim melainkan Allah mengambil janji atasnya seperti apa yang diambilNya dari para Nabi, yaitu agar mereka menerangkannya kepada manusia dsn tidak menyembunyikannya [Abu Na'im dari Hadits Ibnu Mas'ud dan seperti itu dari Abu Hurairah]
Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal saleh” (Fushshilat : 33)
Serulah (semua manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dan yane batil) dgn pelajaran yang baik” (An Nahl : 125)
Dan dia mengajari mereka Al Kitab (Al Qur’an) dan hikmah” (Al Baqarah : 129)
Hadits-hadits
Adapun hadits-hadits maka sabda beliau SAW ketika mengutus Mu’dz ra ke Yaman: Sungguh Allah memberi petunjuk kepada seseorang karena kamu sdalah lebih baik dari pada dunia dan apa yang ada padanya [Ahmad dari hadits Mu'adz]
Barang siapa yang belajar satu bab dsri ilmu untuk diajarkan kepada manusia maka ia diberi pahala tujuh puluh orang shiddiq (orang yang membenarkan Nabi) [Abu Manshur Ad Dailami dari Ibnu Mas'ud dengan sanad yang lemah]
Apabila datang hari Kiyamat maka Allah yang Maha Suci berfirman kepada orang-orang yang beribadah dan orang-orang yang berjuang “Masuklah ke syurga !”. Lalu para ulama berkata : “Berkat kelebihan ilmu kami mereka beribadah dan berjuang”. Lalu Allah ,Azza Wa Jalla berfirman : “Kamu sekalian di sisiKu seperti sebahagian malaikatku, mensyafa’atilah maka syafa’atmu diterima !” Maka merekapun memberi syafa’at kemudian mereka masuk sYurga [Abul 'Abbas Adz Dzahabi dari Ibnu Abbas dengan sanad yang lemah]
sesungguhnya Allah ‘Azza Wa Jalla tidak mencabut ilmu dari manusia setelah Allah memberikan ilmu itu kepada mereka. Tetapi ilmu itu pergi dengan kepergian (meninggalnya) ulama. Setiap kali seorang ‘alim pergi maka pergilah ilmu yang bersamaiya sehingga apabila tidak tinggal kecuali para pemimpin yang bodoh-bodoh yang apabila mereka ditanya maka mereka memberi fatwa tanpa ilmu maka mereka sesat dan menyesatkan [Muttafaq 'alaih dari Ibnu Abbas dengan sanad yang lemah]
Barang siapa yang mengetahui suatu ilmu lalu ia menyembunyikannya maka pada hari Kiyamat Allah mengenakan kendali kepadanya dengan kendati dari api [Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al Hakim dari Abu Hurairah. Hakim menshahihkannya dan At Tirmidzi menhasankannya]
Sebaik-baik pemberian dun sebaik-baik hadiah adalah kata-kata hikmah yang kamu dengar kemudian kamu lipat (kamu simpan) kemudian kumu bawu kepada saudaramu yang muslim, yaitu kamu ajarkan kata-kata itu kepadanya, itu membandingi ibadah satu tahun [Ath Thabrani dari Ibnu Abbas dengan sanad yang lemah.]
“Dunia itu terkutuk, terkutuk (pula) apa yang ada padanya kecuali ingat kepada Allah dan apa yang mengiringinya atau orang yang mengajar atau orang yang belajar [At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. At Tirmidzi mengatakan hadits hasan gharib.]
sesungguhnya Allah Yang Maha Suci, malaikutNya dan penghuni langit dan bumiNya sehingga semut di dalam liangnya dan ikan di lautan itu memohonkan rahmat (selain Allah, sedangkan Allah memberikan rahmat) kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia [At Tirmidzi dari Abu Umamah dan ia mengatakan gharib, dan pada naskah lain hasan shahih]
Tidaklah seorang muslim memberifaidah (kemanfa’atan) kepada saudaranya lebih utama dari pada pembicaraan yang baik yang sampai kepadanya lalu ia menyampaikannya [Ibnu Abdil Bam dari riwayat Muhammad bin Al Mungkadir, mursal]
Kata baik yantg didengar oleh orang mu’min lalu diajarkannya dan diamalkannya adalah lebih baginya dari pada ibadah setahu [Ibnul Mubarak dari riwayat Zaid bin Aslam, mursal]
Pada suatu hari Rasulullah SAW keluar lalu beliau melihat dua majlis, yaitu salah satunya mereka berdo’a kepada Allah dan cinta kepadaNya, dan yang kedua mereka mengajar manusia lalu beliau bersabda : Adapun mereka adalah memohon kepada Allah maka jika Dia menghendaki maka Dia memberi mereka dan jika Dia menghendaki maka Dia mencegah mereka. Adapun mereka (majlis kedua) maka mereka mengajar manusia di mana aku diutus itu sebagai guru kemudian beliau beralih ke majlis itu dan duduk bersama mereka [Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar dengan sanad yang lemah]
Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang mana Allah ‘Azza Wa Jalla mengutusku udalah seperti huian lebat yang mengenai bumi. Dari padanya ada sebidang tanah yang menerima air lalu menumbuhkan padang rumput dan rerumputan yang banyak. Dari padanya ada sebidang tanah yang menahan air lalu Allah ‘Azza Wa Jalla memberikan manfa’at kepada manusia dengannya di mana mereka minum, memberi minum dan bercocok tanam dari padanys. Dan dari padanya ada sebidang tanah yang gerssng, tidak dapat menahan air dsn tidak menumbuhkan padsng rumput [Muttafaq 'alaih dari Abu'Musa]
Perumpamaan yang pertama beliau sebutkan bagi orang yang dapat mengambil manfa’at dengan ilmunya. Yang kedua bagi orang yang dapat memberikan manfa’at (kepada orang lain). Dan yang ketiga bagi orang yang terhalang dari dua ha-l itu (nomor dua dan tiga).
Apabila anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga, yaitu ilmu yang bermanfa’at …[Muslim dari Abu Hurairah]
orang yang menunjukkan atas kebaikan itu adalah seperti orang yang mengerjakannya [At Tirmidzi dari Anas dan ia mengatakan gharib, dan H.R. Muslim, Abu Dawud dan An Nasa'i dan ia menshahihkannya dari Abu Mas'ud]
Tidak ada iri kecuali terhadap dua orang, yaitu seseorang yang dianugerahi hikmah alehAllah ‘Azza Wa Jalla di mana ia’ menghukumi dengannya dan mengajarkannya kepada manusia, dan seseorang yang dianugerahi harta lalu harta itu dibelanjakan dalam kebaikan [Muttafaq 'alaih dari Ibnu Mas'ud]
Semoga rahmat Allah atas para khatifahku”. Ditanyakan : “Siapakah para khaldahmu ?,’. Beliau bersabda : “Yaitu orang-orang yang menghidupkan sunnahku dan mengajarkannya kepada para hamba Allah [Al Hasan, ada yang mengatakan bin AIi ada juga yang mengatakan bin yasar Al Bashri. Hadits itu mursal]
Atsar-Atsar
Adapun atsar maka Umar ra berkata : “Barang siapa menceriterakan suatu hadits lalu ia mengamalkannya maka ia mendapat pahala seumpama pahala orang yang mengamalkan amal itu”.
Ibnu Abbas ra berkata : “Orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia adalah dimintakan ampunan oleh segala sesuatu sampaipun ikan di lautan”.
Sebagian hukama’ berkata : “Orang ‘alim itu masuk pada apa yang di antara Allah dan makhlukNya maka hendaklah ia melihat bagaimana ia masuk”.
Dan diriwayatkan bahwa Sufyan Ats Tsauri rahimahullah tiba di Asqalan lalu ia tinggal di mana ia tidak ada orang yang bertanya kepadanya, lalu ia berkata: “Bekalilah saya agar saya dapat keluar dari negeri ini. Ini adalah negeri yang di dalamnya ilmu itu mati”. Ia berkata demikian karena ia sangat ingin mengemukakan atas keutamaan ilmu dan kekalnya ilmu dengan pengajaran itu.
Atha’ ra berkata : “Saya masuk pada Sa’id bin Al Musayyab di mana ia sedang menangis lalu saya bertanya : “Apakah yang menjadikan kamu menangis ?”. Ia menjawab : “Tidak ada seorangpun yang tanya kepadaku tentang sesuatu”. Sebagian mereka berkata “Ulama itu pelita masa. Masing-masing dari mereka adalah pelita masanya di mana orang-orang pada masanya itu meminta penerangan kepadanya”.
Al Hasan rahimahullah berkata : “Seandainya tidak karena ulama maka manusia menjadi seperti binatang”, yakni dengan pengajaran para ulama mengeluarkan manusia dari batas hewan ke batas manusia”.
Ikrimah berkata : “sesungguhnya ilmu ini mempunyaiharga”. Ditanyakan : “Apakah harga itu ?” .Ia menjawab : “Kamu meletakkannya pada orang yang baik membawanya dan tidak menyianyiakannya”.
Yahya bin Mu’adz berkata : “Para ulama itu lebih sayang kepada ummat Muhammad SAW dari pada ayah dan ibu mereka”. Dikatakan : “Bagaimanakah demikian itu ?”. Ia menjawab : “Ayah dan ibu mereka menjaga mereka dari api dunia sedangkan para ulama menjaga mereka dari api (neraka) akhirat”.
Ada orang mengatakan : “Awal ilmu itu diam, kemudian mendengarkan, kemudian menghafalkan kemudian mengamalkan kemudian menyiarkannya”. Dan ada orang yang mengatakan : “Ajarkanlah ilmumu kepada orang yang bodoh (tidak tahu) dan belajarlah dari orang yang $erilmu apa yang kamu tidak tahu (bodoh). Jika kamu melakukan hal itu maka kamu mengetahui apa yang telah kamu ketahui”.
Mu’adz bin Jabal berkata mengenai pengajaran dan belajar, dan saya (Imam al Ghazali) memandangnya marfu’ :
Belajarlah ilmu karena sesungguhnya belajarnya karena Allah itu adalah takwa, menuntutnya itu adalah ibadah, mempelajarinya itu tasbih, membahasnya itu adalah jihad, mengajarkannya kepada 0rang yang belum mengetahuinya itu adalah sedekah, memberikannya kepada keluarganya itu adalah pendekatan diri (kepada Allah). Ilmu itu adalah penghibur di kala sendirian, teman di kala sepi, penunjuk kepada agama, pembuat sabar di kala suka dan duka, menteri di kala ada teman-teman, kerabat di kala dalam kalangan orang asing dan sebagai menara jalan ke syurga. Dengannya Allah mengangkat kaum-kaum lalu Dia menjadikan mereka sebagai ikutan, pemimpin dan penunjuk yang diikuti, penunjuk terhadap kebaikan, jejak mereka dijadikan kisah dan perbuatan mereka diperhatikan. Malaikat senang terhadap peri laku mereka dan mengusap mereka dengan sayap mereka (malaikat). Setiap barang yang basah dan kering sehingga ikan di lautan, serangga, binatang buas dan binatsng jinak di daratan, dan langit dan binatang memohonksn ampunan bagi mereka
Karena ilmu itu kehidupan hati dari kebutaan, sinar penglihatan dari kegelapan dan kekuatan badan dari keleniahan yang menyampaikan hamba ke kedudukan orang-orang yang bajik dan derajat yang tinggi. Memikirkan tentang ilmu itu mengimbangi puasa, mempelajarinya mengimbangi mendirikan malam (dengan shalat dan sebagainya). Dengan ilmu, Allah ‘AzzaWa Jalla dita’ati, dengannya Allah itu disembah, dengannya hamba diberi janji, dengannya Dia ditauhidkan, dimuliakan, dengannya hamba menjadi wara’, dengannya sanak kerabat disambung, dengannya diketahui halal dan haram. Ilmu itu pemimpin sedangkan amal adalah pengikutnya. Orang-orang yang berbahagia itu diberi ilham mengenai ilmu dan orang-orang yang, celaka itu terhalang. Kita bermohon kepada Allah Ta’ala akan baiknya pertolongan.
Wallahu a’lam.
.
Dari berbagai sumber.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar